| Oleh: Martiyono, S.Pd., M.Pd. (Kepala SMP Negeri 2 Buluispesantren) |
Sekolah yang efektif dan bermutu menjadi impian semua pemangku kepentingan pendidikan, baik pemerintah, pengelola sekolah, orang tua, maupun masyarakat. Dalam rangka mewujudkan sekolah yang bermutu, sekolah membutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang cerdas dan berkomitmen tinggi.
Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Model kepemimpinan yang dinilai paling cocok untuk diterapkan di sekolah sebagai institusi pendidikan adalah kepemimpinan pembelajaran. Ironisnya, kebanyakan kepala sekolah kurang menerapkan model kepemimpinan pembelajaran secara optimal. Untuk itu, tulisan ini akan berupaya memaparkan bagaimana mengoptimalkan model kepemimpinan pembelajaran dalam rangka mewujudkan sekolah yang efektif dan bermutu.
A. Sekolah yang Bermutu
Dewasa ini, masalah mutu sudah menjadi tuntutan di segala lini sehingga mengemuka dalam setiap perbincangan. Menurut Randall Schuller (1992), kualitas dapat menghemat dana yang dikeluarkan, mengingat upaya perbaikan yang terus-menerus jelas akan menjadikan barang berkualitas dan dapat memberikan kepuasan pada konsumen.
Kualitas memainkan peranan penting dalam memperoleh keuntungan persaingan. Joseph Juran dan Edward Deming sebagai pakar tentang mutu telah berhasil menjadikan kualitas sebagai mindset yang berkembang terus dalam kajian manajemen kualitas. Menurut Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use). Suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna. Sedangkan menurut Edward Deming, meskipun kualitas mencakup kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen, namun kualitas harus lebih dari itu.
Sekolah merupakan organisasi pendidikan yang senantiasa belajar untuk mewujudkan situasi dan kondisi pesertra didik yang lebih baik. Sekolah yang bermutu tentu sekolah yang mempu menjamin semua komponen secara berkualitas. Secara khusus, indikator sekolah yang berkualitas dapat dilihat pada tebel berikut.
No. | Aspek | Ciri-ciri | Indikator |
1. | Visi, misi, tujuan, dan nilai sekolah | Visi, misi, tujuan, dan nilai sekolah dirumuskan bersama serta dinyatakan secara jelas dan spesifik | Visi, misi, tujuan, dan nilai sekolah: a. dirumusakn secara bersama-sama, b. dinyatakan secara jelas; c. digunakan untuk pengambilan keputusan; d. dipahami oleh siswa, guru dan staf. |
2. | Kepemimpinan | Pelaksanaan kepemimpinan yang kuat oleh kepala sekolah, terutama menyangkut kepemimpinan pembelajaran | Kepala sekolah: a. dapat dihubungi dengan mudah; b. bersikap responsif terhadap guru dan orang tua; c. menjaga agar rasio antara guru dan siswa sesuai dengan ketentuan. |
3 | Pendidik dan tenaga kependidikan | Ekspektasi pendidik dan tenaga kependidikan tinggi | Pendidik dan tenaga kependidikan: a. yakin semua siswa belajar; b. menekankan pada hasil akademis dan nonakademis; c. memandang pendidik sebagai penentu terpenting keberhasilan siswa. |
4. | Kerja sama dan kemitraan | Ada kerja sama kemitraan di antara semua pemangku kepentingan | Kerja sama dan kemitraan: a. komunikasi secara positif dengan orang tua; b. memelihara jaringan dukungan orang tua dan masyarakat; c. berbagi tanggung jawab untuk menegakkan disiplin dan keberhasilan sekolah. |
5. | Iklim sekolah | Adanya iklim sekolah yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar | Lingkungan: a. rapi, bersih dan aman secara fisik; b. dipelihara secara baik; c. memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa; |
6. | Peserta didik | Peserta didik menunjukkan sikap yang positif. | Peserta didik: a. menaati peraturan sekolah; b. menjalankan tugas dan kewajiban tepat waktu; c. sebagai pembelajar mandiri yang bermitivasi kuat. |
Berdasarkan indikator di atas, sekolah efektif adalah sekolah yang mampu menjalankan fungsinya secara maksimal, dengan memberdayakan kemampuan warga sekolah berdasarkan rambu-rambu dan tujuan yang telah disepakati bersama. Sekolah yang efektif dapat menciptakan suatu iklim belajar yang kondusif dengan melibatkan masyarakat sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan.
B. Arti, Tujuan, dan Manfaat Kepemimpinan Pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran mencakup perilaku-perilaku kepala sekolah dalam merumuskan dan mengkomunikasikan tujuan sekolah, memantau, mendampingi, dan memberikan umpan balik dalam pembelajaran, membangun iklim akademik, dan memfasilitasi terjadinya komunikasi antarstaf.
Pengaruh kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) terhadap peningkatan hasil belajar siswa sudah tidak diragukan lagi. Sejumlah ahli pendidikan telah melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran. Artinya, jika hasil belajar siswa ingin dinaikkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada pembelajaran harus diterapkan.
1. Arti Kepemimpinan Pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran yang secara terprinci meliputi: (1) kurikulum, (2) proses belajar mengajar, (3) asesmen, (4) penilaian, (5) pengembangan guru, (6) layanan prima dalam pembelajaran, dan (7) pembangunan komunitas belajar di sekolah.
2. Tujuan Kepemimpinan Pembelajaran
Tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi masa depan yang belum diketahui dan penuh dengan tantangan.
Dengan kata-kata lain, tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswanya meningkat dalam hal: (1) prestasi belajarnya, (2) kepuasan belajarnya, (3) motivasi belajarnya, (4) keingintahuannya, (5) kreativitasnya, (6) inovasinya, (7) jiwa kewirausahaannya, dan (8) kesadarannya untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni senantiasa berkembang dengan pesat.
3. Manfaat Kepemimpinan Pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk diterapkan di sekolah karena memberikan banyak manfaat, anatara lain: (1) meningkatkan prestasi belajar peserta didik secara signifikan; (2) memberikan dorongan dan arahan terhadap warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didiknya; (3) memfokuskan kegiatan-kegiatan warganya untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; (4) membangun komunitas belajar warganya; dan (5) menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school).
Indikator sekolah belajar dapat dilihat pada hal-hal sebagai berikut: (1) memberdayakan warga sekolah secara optimal, (2) memfasilitasi warga sekolah untuk belajar secara berkelanjutan, (3) mendorong kemandirian setiap warga sekolah, (4) memberi kewenangan dan tanggung jawab kepada warga sekolah (5) mendorong warga sekolah untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil kerjanya, (6) mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan cepat tanggap terhadap peserta didik,(7) mengajak warga sekolah untuk fokus pada layanan siswa, (8) mengajak warga sekolah untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, (9) mengajak warga sekolah untuk berpikir sistem, (10) mengajak warga sekolah memiliki komitmen terhadap keunggulan mutu, dan (11) mengajak warga sekolah untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
4. Dimensi Kepemimpinan Pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran yang efektif membutuhkan 12 kompetensi sebagai berikut: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh.
5. Kontribusi Kepemimpinan Pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran tidak langsung bekerja pada proses pembelajaran di kelas, namun dengan kepemimpinan pembelajaran akan terbangui iklim akademik yang positif, komunikasi yang baik antarstaf di sekolah, perumusan tuntutan akademik yang tinggi, dan tingginya tekad seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan sekolah.
C. Optimalisasi Kepemimpinan Pembelajaran
Secara teoritis ataupun praktis sudah tidak ada yang meragukan bahwa kepala skolah sebagai leader merupakan fiugur sentral yang diharpkan mampu menerapkan kepempinan pembelajarn yang kuat dalam mewujudkan sekolah yang bermutu.
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah disebutksan bahwa seorang kepala sekolah untuk dapat mnenjalanklan tugasnya secara baik harus memenuhi 5 kompetensi, yaitu: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi sosial, (3) kompetensi menajerial, (40 kompetensi suprvisi, dan (4) kompetensi kewirausahaan.
Dalam konteks kepemimpinan pembelajaran, Komisi Redesain Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah di Tennesee, Amerika Serikat (2007), merumuskan kompetensi praktis kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mewujudkan 7 kompetensi standar sebagai berikut.
No. | Standar | Tugas |
1. | Standar A: Peningkatan secara berkelanjutan | Melaksanakan pendekatan yang sistematik dan koheren untuk menuju peningkatan secara berkelanjutan dalam prestasi akademik seluruh siswa |
2. | Standar B: Kultur pembelajaran | Menciptakan kultur pembelajaran yang progresif/kondusif di sekolahnya agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan setinggi-tingginya. |
3. | Standar C: Kepemimpinan -pembelajaran dan penilaian hasil belajar (Asesmen) | Memfasilitasi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya berdasarkan hasil evaluasi dan dilakukan secara terus menerus dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa seoptimal mungkin. |
4. | Standar D: Pengembangan profesionalisme guru secara terus-tenerus | Melakukan pengembangan profesionalisme warga sekolahnya terutama guru yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa seoptimal mungkin. |
5. | Standar E: Manajemen sekolah | Memfasilitasi warga sekolah (guru, siswa, karyawan) agar menjadi pebelajar yang baik dan mengembangkan pembelajaran yang efektif melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar yang tersedia dan yang perlu disediakan jika belum ada. |
6. | Standar F: Etika | Memfasilitasi peningkatan secara berkelanjutan dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan standar etika paling tinggi dan mendorong pendampingan berupa tindakan politis apabila diperlukan. |
7. | Standar G: Perbedaan | Memfasilitasi toleransi terhadap perbedaan latar belakang siswa, baik dari suku, agama, ras, jenis kelamin, dan asal usul. |
1. Merumuskan dan mengartikualasi tujuan pembelajaran
2. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum
3. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses pembelajaran
4. Mengevaluasi kinerja guru dan mengembangkannya
5. Membangun komunitas pembelajaran
6. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional
7. Melayani siswa dengan prima.
8. Melakukan perbaikan secara terus menerus
9. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif
10. Membangun warga sekolah agar pro perubahan
11. Membangun teamwork yang kompak
12. Memberi contoh dan menginspirasi warga sekolah
13. Menciptakan kultur bagi pembelajaran yang progresif/kondusif
14. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran.
15. Menyediakan sebagian besar waktu untuk pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron, dkk. (Editor). 2003. Manajemen Pendidikan : Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Arcaro, Jerome S. 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, terj. Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Manajemen Kualitas, Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hedwig, Rinda. Gerardus Polla. 2006. Model Sistem Penjaminan Mutu. Jakarta: Graha Ilmu.
Iwan Purwnto. 2008. Manajemen Strategi. Bandung: CV Yrama Widya.
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah : Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.
Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management in Education, terj. Ahmad Ali Riyadi. Yogyakarta: IRCiSod.
Soenarwan. 2008. Pendekatan Sistem dalam Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sondang P. Siagian. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Tjiptono, Fandy. Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Yogyakarta
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yana Wardhana. 2007. Manajemen Pendidikan untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa. Bandung: PT Pribumi Mekar
orang kebumen juga pak? salam kenal :)
ReplyDelete